WHAT'S NEW?
Loading...
KETIKA KUALITAS MENJADI PRIORITAS
B a n y a k. Ternyata jumlah yang banyak itu tak sepenuhnya baik dan tak seutuhnya buruk. Meski demikian, tetap saja segala sesuatu yang "kebanyakan" seringkali menjadi hal yang tidak dibenarkan. Kecuali kebanyakan pahala, kebanyakan ilmu, dan kebanyakan
amal shalih. Cc: dirisendiri :x
Namun pada kenyataannya, tidak sedikit manusia yang menginginkan segala sesuatunya dapat diperoleh, dimiliki, dan dinikmati dalam jumlah yang banyak; uang yang banyak, makan yang banyak, mobil yang banyak, gelar pendidikan yang banyak, dan masih banyak lagi "banyak-banyak" yang sengaja tidak diundang pada kesempatan ini.
Uang yang banyak tidak akan pernah mampu menjamin seseorang akan bahagia dengannya.
Makan yang banyak tidak lantas membuat manusia terpuaskan olehnya, tidak pula menjadi sehat karenanya.
Mobil yang banyak pun tidak akan mampu mengantarkan si pemilik menuju tempat yang hendak dituju dalam satu waktu.
Begitu pula dengan gelar pendidikan yang banyak, tidak akan membuat batu nisan kita tampak indah karenanya. Cukuplah ia tertulis si Fulan bin Fulan atau Fulana binti Fulana... .
Sudah menjadi rahasia umum, gelar pendidikan yang melekat begitu banyak di sebelah nama tersebut hampir hampir tidak teraplikasikan sama sekali. Bahkan seperempatnya saja tidak. Kalau sudah begitu, apalah arti sebuah gelar pendidikan (yang banyak) itu.
Namun jika kualitas yang menjadi prioritas, semuanya akan terasa lebih indah dan lebih nikmat.
Uang yang telah ada kita gunakan dengan sebaik-baiknya, kita alokasikan sedemikian rupa, sehingga akan terasa cukup dan terasa lebih bahagia.
Makan makanan yang berkualitas halalan thayyiban, mengandung gizi seimbang, dan dengan porsi yang cukup akan lebih terasa mengenyangkan dan menyehatkan.
Mobil dengan spesifikasi yang efisien dan purna jual yang memuaskan akan menimbulkan dampak positif bagi keseharian pemilik dan keberlangsungan kendaraan itu sendiri. Meski hanya satu, ianya sudah cukup untuk menunjang kebutuhan mobilitas pemiliknya.
Dan seseorang yang mampu mengaktualisasikan, mengaplikasikan, dan berinovasikan dari background pendidikannya akan lebih terbilang sukses dan berhasil walau hanya dengan menyandang satu gelar.
Begitupula dalam hal berbicara, kualitas tetaplah yang utama.
"...fal yaqul khairan, au liyashmut." Berkatalah yang baik, atau diam.
Seperti yang kita ketahui bersama, I-eS-Pe-eS dan ilmu public speaking secara umum sendiri telah mengajarkan bagaiamana seseorang mengasah dan mengolah kualitas berbicaranya, bukan mengasah dan mengolah kuantitas berbicaranya.
Kemudian yang menjadi penting di sini ialah jangan sampai olah kata (public speaking) tersebut melenyapkan olah hati (rasa). Justru yang menjadi prioritas untuk diasah dan diolah pertamakali adalah hati. Sedangkan yang lainnya akan mengikuti.
Sebab bahagia dan sejahtera bukanlah diukur dari banyaknya kuantitas, melainkan dari harga sebuah kualitas. Sebab bahagia dan sejahtera bukan pula tercipta dari pandangan mata yang mampu melihat kesana kemari, melainkan dari intinya hati.
#kutipan titik nol Suara Surabaya
#kutipan taushiah KH. Ihya' Ulumiddin
#opini
abunuem
ISPS® 2015
sepakat
ReplyDelete